Sopan santun kepada Rasulullah saw

Sopan santun kepada Rasulullah saw

Tidak diragukan lagi bahwa akhlak dan karakter Rasulullah saw sangat memberikan peran penting dalam mengajak orang-orang untuk memeluk agama Islam. Sebagaimana salah satu prinsip utama risalah Nabi Muhammad saw adalah untuk menyempurnakan makarimal akhlak (akhlak yang baik), dan memperkenalkan diri sebagai dididik langsung oleh Allah, beliau bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (Bihâr al-Anwâr, jld 16, hlm 210)

“Allah Swt mendidik aku dan aku dididik dengan baik.” (Bihâr al-Anwâr, jld 16, hlm 210)

Daya tarik beliau yang memikat seluruh penduduk kota Mekah dan Madinah digambarkan dengan jelas dalam berbagai laporan sejarah, namun jauh sebelumnya al-Quran sudah menjadi saksi terbaik akan pesona kemuliaan akhlak Rasulullah saw.

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Qs. al-Qalam [64]: 4)

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (QS. Ali-Imran [3]: 159)

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, “Salâmun ‘alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya rahmat..” (Qs. An’am [6]: 54)

Dan Allah Swt berfirman: “serta berendah dirilah terhadap orang-orang yang beriman.” (Qs. Hijr [15]: 88)

Amirul Mukminin Ali as yang beliau sendiri adalah orang yang dididik langsung oleh Rasulullah saw (1) dalam kitab Bihâr al-Anwâr jld 16, hlm 231, mengenai beliau mengatakan:

“Dia tidak pernah berjabat tangan kemudian lebih dulu menarik tangannya kecuali orang lain yang lebih dahulu menarik tangannya, dia tidak pernah berbicara dalam suatu urusan dengan orang lain kecuali orang lain yang lebih dahulu memutuskan percakapan. Dalam suatu percakapan dia tidak pernah bertentangan dengan orang lain kecuali dia diam. Dia tidak pernah memanjangkan kakinya di hadapan orang lain. Diantara dua hal pilihan yang paling sulit dia tidak pernah memilih kecuali hal yang paling sulit. Dia tidak pernah meminta sesuatu dan tidak pernah dia menolak permintaan orang lain kecuali dia memberikannya atau setidaknya dia berbicara sesuatu kepada yang memintanya.” (Bihâr al-Anwâr, jld 16, hlm 236-237)

“Jika orang lewat di jalan yang pernah dilewatinya, orang-orang pasti mengenalnya dari wanginya dan tidak ada wangi yang lebih semerbak dari beliau.” (Bihâr al-Anwâr, jld 16, hlm 238)

“Dia adalah orang yang paling bijak, paling lembut, paling berani, paling adil dan orang yang paling penyayang. Dia sama sekali tdiak pernah menyentuh orang yang bukan mahramnya. Dia orang yang paling pemurah yang tidak pernah ada dinar dan dirham yang tinggal di kantongnya, jika dia memiliki banyak dirham maka dia tidak akan pulang ke rumah kecuali dia memberikannya kepada yang membutuhkan.”

“Dia duduk di atas tanah, dan tidur di atasnya dan makan di atas tanah. Dia menambal sendiri sepatunya dan menjahit sendiri pakaiannya. Dia membuka sendiri pintunya, dan dengan tangannya sendiri dia memerah domba dan unta serta dia mengikat untanya sendiri..”

“Dia datang memenuhi panggilan hamba maupun tuan, dia menerima hadiah meskipun hanya sekedar beberapa tetes susu untuk diminum, namun dia tidak menerima sedekah. Dia tidak pernah memandang tajam ke mata orang lain yang karenanya Tuhannya marah namun dia tidak marah karena Allah, kadang dikarenakan sangat kelaparan dia mengikatkan batu di perutnya, dia memakan apa yang disediakan untuknya dan dia tidak pernah menolaknya.” (Bihâr al-Anwâr, jld 16, hlm 227)

“kharismanya mempesona bagi orang yang pertama melihatnya dan siapapun yang bergaul dengannya maka hatinya akan akan merasa nyaman untuk bersahabat dengannya.” (Ansâb al-Asyrâf, jld 1, hlm 392)

“Ketika dia memandang para sahabatnya maka dia akan membagi waktu pandangannya kepada semua mereka, dia tidak pernah menjabat tangan mereka dan selama mereka tidak menarik tangannya maka selama itu pula Rasulullah saw tidak membuka tangannya.” (Bihâr al-Anwâr jld 16, hlm 260, hadis 47)

Menurut pernyataan sebagian sahabatnya bahwa:

Tidak ada orang yang banyak tersenyum dibanding dengan Rasulullah saw (Thabaqât Kubra, jld 1, hlm 372 – 373)

Meskipun demikian dia bukanlah orang yang banyak bercanda melainkan wajahnya ceria, dia tidak pernah cemberut dan bukan orang yang sering menghardik dan berkata-kata kasar. (Ansâb al-Asyrâf, jld 1, hlm 293)

Kesederhanaan adalah kebiasaannya, ucapannya adalah bimbingan dan petunjuk standar kebenaran, dan kebijakannya adalah keadilan. (Nahjul Balaghah)

Ketika dia duduk di suatu pertemuan maka dia menjaga hak-hak semua peserta pertemuan yangmana dia lebih mengenal temannya dari yang lain (Al-Ma’rifah wa Târikh, jld 3, hlm 357)

Orang mengira Rasulullah lebih mencintai dia dan beliau lebih mengutamakannya dari yang lain (2) (Majma’ al-Zawâid, jld 1, hlm 15)

Cinta Rasulullah saw kepada umatnya sebagaimana yang dikatakan al-Quran, ketika umatnya tertimpa penderitaan maka hal itu terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi mereka, dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Qs. Taubah [9]: 128)

Dia sangat ingin menghidayahi umatnya sehingga Allah Swt berfirman padanya:

apabila mereka tidak beriman kepada keterangan (Al-Qur’an) ini, Sepertinya kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling. (Qs. al-Kahfi [18]: 6)

Adab sopan santun kepada Rasulullah saw

Jika kita ingin menceritakan mengenai keutamaan dan kemuliaan akhlak Rasulullah saw maka pembahasan akan semakin panjang, olehnya itu cukup Allah Swt yang mengatakan mengenai keistimewaan rasul-Nya dan kita diperintahkan untuk bersopan santun padanya.

Allah Swt berfirman: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri..” (Qs. Ahzab [33]: 6)

Kemudian Allah Swt berfirman: “Dan tidaklah patut laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) perempuan yang mukmin memiliki pilihan (yang lain) tentang urusan mereka apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”(Qs. Ahzab [33]: 36)

Ya, orang-orang yang beriman diperintahkan untuk taat kepada beliau dan taat dan mengikuti beliau adalah konsekuensi dari cinta kepada Allah. (Qs. Ali-imran [3]: 31)

Dan taat kepada beliau sama dengan taat kepada Allah Swt. (Qs. Nisa [4]: 80)

Mengikuti beliau akan mendapatkan ampunan dari Allah. (Qs. Ali-imran [3]: 31)

Dan akan dimasukkan ke dalam (surga) bersama para nabi dan auliya Allah. (disadur dari kandungan surah an-Nisa [4]: 69)

Sebaliknya bagi siapapun yang mengganggu dan menyakiti Rasulullah saw maka dia akan dilaknat Allah di dunia dan di akhirat serta akan mendapatkan azab yang menghinakan.

Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk sopan di hadapan Rasulullah saw. Tidak boleh mendahuluinya dalam segala hal, tidak boleh meninggikan suara lebih tinggi dari suara beliu di hadapannya yangmana hal itu bisa menghilangkan pahala amal baik mereka sementara mereka tidak menyadarinya. (Qs. Hujurât [49]: 1-2)

Bahkan orang-orang beriman sekalipun tidak boleh memanggil Rasulullah saw seperti halnya mereka memanggil orang yang lain dan tidak boleh memanggil dengan sebutan yang tidak disukai. (Qs. Nur [24]: 63)

Dinukil dari Imam Baqir as, dia berkata: “Ayat ini berbicara kepada umat Islam supaya mereka tidak memanggil Rasulullah saw dengan sebutan: Ya Muhammad! Ya Abal Qasim! Tapi sebutlah, Ya Rasulullah! Ya Nabiyallah.” (Tafsir Burhân, penjelasan ayat Qs. Nur ayat 63)

Yakni panggillah dengan bentuk penghormatan. Yang sangat disayangkan dan mengherankan kadang sering kita temukan para penceramah dan penulis yang menyebut serta menulis nama beliau tanpa penghormatan sedikitpun.

Catatan kaki:

1. Dari Rasulullah saw, beliau bersabda: Aku dididik langsung oleh Allah dan aku yang telah mendidik Ali as.
2. Untuk referensi lebih lanjut silakan baca: Sirah Rasulullah saw, yang ditulis oleh Ja’far Subhani.

Site Fitrah