Malaysia

Search
lawati Statistik
010944
Users Today : 11
This Month : 579
This Year : 7172
Total Users : 10944
Total views : 15018
Who's Online : 1

Mengakui kemampuan, bukanlah ghuluw

Mengakui kemampuan, bukanlah ghuluw (berlebih-lebihan)
Ini bukanlah bentuk penyembahan
Bagaimana menjadi orang yang lebih baik?
Mari kita sedikit merenung
Mari kita sedikit merenung (2)

Bagi anak kecil yang menyaksikan orang dewasa bisa melakukan apapun yang dia tidak bisa lakukan, dan perbuatan itu baginya sangat berarti dan luar biasa. Meskipun seiring perkembangan dan pertumbuhan anak kecil itu, banyak hal yang bisa ia lakukan. Anak kecil tadi paham bahwa ada perbedaan di sebagian kemampuan, dan kemampuan itulah yang membedakan dirinya dengan orang yang dewasa.

Ketika kita menyaksikan seorang seniman yang menggambar skesta yang rumit di kertas, dan kita tidak memiliki kepiawaian seperti itu, kemudian kita paham bahwa ada perbedaan antara kita dengan dia. Sesuatu yang membedakan antara kita dan dia adalah kemampuan, ilmu dan skill yang ada pada seniman itu yang tidak kita miliki.

Hal seperti ini sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seorang dokter spesialis yang bisa melakukan operasi bedah, yang bisa mengambil satu urat nadi dari kaki pasien kemudian disambungkan ke jantungnya. Sesuatu yang hingga dua ratus tahun sebelumnya dianggap bagaikan mukjizat dan sihir, yang mungkin di sebagian masyakat baduwi pelakunya akan dibakar karena dianggap sebagai praktek sihir. (Silahkan anda baca mengenai sosiologi masyarakat Papua New Guinea). Jadi, mengakui dan menerima bahwa ada orang yang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain, bukanlah berarti ghuluw (berlebihan). Dan hal tersebut bisa dianalisis dari berbagai dimensi.

Seperti halnya mempercayai bahwa Nabi Isa as bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir, bisa menyembuhkan penyakit tahunan dan bisa menghidupkan orang mati itu bukanlah ghuluw. Bahwa beliau bisa mencipta burung kemudian meniupkan ruh ke dalamnya bukanlah ghuluw. Mempercayainya saat itu bukanlah ghuluw dan mempercayainya hari ini pun bukanlah ghuluw.

Bahwasanya Nabi Musa as dengan tongkatnya bisa membelah laut Merah dan bisa mengalahkan bala tentara dan tukang sihir Fir’aun, bahwa Nabi Sulaiman as bisa berbicara dengan Bahasa binatang dan memiliki kerajaan, semua ini tidak bisa dianggap sebagai ghuluw. Yakni kemampuan yang Allah Swt berikan padanya dan tidak diberikan kepada orang lain.

Mungkin saja ada yang mempercayai bahwa ada orang yang memiliki kedudukan yang dekat di sisi Allah, dan itu bukanlah ghuluw. Atau mungkin ada yang mempercayai bahwa sebagian makhluk Tuhan adalah dari jenis malaikat, ini pula bukanlah ghuluw. Atau mempercayai bahwa selain kita memiliki tubuh yang lahiriah (materi) kita juga memiliki ruh, ucapan ini bukanlah ghuluw. Atau kita berpikir bahwa ruh mungkin saja memiliki kemampuan tersendiri, maka ini pun bukanlah ghuluw.

Disebut ghuluw ketika engkau mengatakan bahwa Nabi Isa memiliki kemampuannya itu dari dirinya sendiri, dan bukan kemampuan yang diberikan oleh Allah.

Ghuluw adalah ketika engkau mengatakan bahwa Nabi Musa as mendapatkan kemampuan itu bukan dari Tuhan, dan kemampuannya itu berasal dari dirinya sendiri.

Ghuluw adalah engkau mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib as, orang yang memiliki mukjizat yang besar itu, orang yang terasing itu, orang yang banyak hasud dan memusuhinya, bahwa kesempurnaan itu berasal dari dirinya sendiri. Tapi tidak demikian, kami mengatakan bahwa apapun kemampuan, ilmu pengetahuan dan kesempurnaan yang dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib as semuanya berasal dari Allah Swt. Apakah itu berbentuk ruhnya ataukah badannya.

Nabi Musa as dengan tongkatnya bisa membelah laut Merah dan menyelamatkan Bani Israil. Nabi Musa as dan para sahabatnya bisa menyeberangi laut dan pasukan Fir’aun yang mengejarnya semuanya tenggelam karena air sungai kembali ke keadaan semula sementara mereka masih di pertengahan jalan.

Sebelumnya pun tongkat ini sudah memperlihatkan keajaibannya yang lain. Dia menelan ular-ular para tukang sihir, yang memberikan pemahaman kepada pengikut Fir’aun bahwa ini adalah mukjizat dan mereka harus berpaling dari apa yang selama ini mereka yakini.

Tongkat ini adalah sesuatu yang kadang dipakai oleh Nabi Musa as untuk bersandar dan dengannya menuntun domba-domba gembalaannya. Namun jika Allah menghendaki maka tongkat ini bisa menjadi sumber energi, kekuatan dan mukjizat. Jika Allah menghendaki maka tongkat ini bisa menjadi alat untuk mengalahkan pasukan adidaya Fir’aun. Jika Allah menghendaki maka tongkat ini bisa menjadi realitas bahwa kadang Allah Swt memberikan kesempurnaan itu kepada seseorang atau kepada sesuatu, apakah dia itu manusia, binatang ataupun sebatang tongkat.

Jika suatu hari kita ada rezeki untuk bertemu tongkat itu, kita akan menciuminya dan memuliakannya, karena tongkat itu adalah saksi nyata ke-maha kuasa-an Allah Swt. Aku akan meletakkannya di mataku, karena dengan perantaraan tongkat ini, salah seorang dari hamba Allah mendapatkan pertolongan-Nya. Aku akan memuliakan tongkat itu, karena dengan tongkat ini Allah Swt telah memuliakan Bani Israil.

Memuliakan, menghormati dan mencium ini bukanlah bentuk dari penyembahan, bukan pula bermakna mengakui ada unsur ilahiah (ketuhanan) pada tongkat itu. Dan sudah bisa dipastikan bahwa tidak demikian anggapan mereka yang memuliakannya. Tuduhan ghuluw pun tidak bisa disematkan kepada orang yang memuliakannya. Sudah jelas dan pasti bahwa niat seseorang lah yang menentukannya.

Tongkat Nabi Musa as menjadi mulia karena bersentuhan dengan Nabi Musa as, dan apapun yang dilakukan olehnya ada hubungannya dengan Allah. Jika kita ada pada saat itu dan menjadi salah seorang dari Bani Israil, dan kita melihat langsung peristiwa mukjizat, maka apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan memuliakan tongkat itu atau tidak? Apakah kita akan menuduh Nabi Musa as melakukan perbuatan Syirik? Apakah engkau akan melepaskan Allah dan beralih menyembah tongkat? Kemudian dengan bahasa-bahasa menyindir kita mengatakan kepada Nabi Musa as bahwa tongkat ini hanya sekedar kayu yang tidak akan memberikan keuntungan apa-apa dan tidak akan memberikan kerugian kepada kita? Atau kita akan lebih sportif, lebih memuliakannya dan akan menelitinya kemudian menempatkannya sesuai posisinya?

Tongkat Nabi Musa as adalah sebatang kayu yang diberi kekuatan oleh Allah Swt dan Nabi Musa as hanyalah seorang manusia yang diberikan oleh Allah Swt risalah dan kenabian. Kesimpulannya bahwa segala sesuatu yang dimiliki baik itu seorang manusia yang diberikan cahaya risalah maupun tongkat yang memiliki mukjizat dikarenakan diberi kelebihan oleh Allah Swt maka sesuatu itu menjadi mulia.

Tentunya kita memiliki banyak motivasi untuk menjadi orang yang baik! Semua orang tahu bahwa semua keterpurukan, ketidak teraturan, kerusakan dan ketidak adilan semuanya berangkat dari dalam diri kita sendiri (baca: hawa nafsu).

Bahwa kita banyak melihat para sopir yang tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas, atasan di kantor tidak menghormati bawahannya, sebagian pegawai korupsi waktu kerja, sesama pegawai saling mencurigai, para pedagang menjual di bawah harga, berbohong secara terang-terangan, tidak ada lagi kontrol diri dan lain sebagainya semuanya ini dikarenakan manusia sudah jauh dari nurani kemanusiaannya. Sudah pasti semua orang menginginkan orang-orang di sekitarnya adalah orang-orang yang baik atau paling tidak berada di lingkungan sosial yang sehat dan terciptanya rasa aman. Namun semuanya sudah lumrah dan sudah kita ketahui bersama bahwa menjadi baik dan menjadi orang yang baik terbentuk dari mindset pemikiran kita. Jika kita ingin aman di perjalanan maka terlebih dahulu kita harus mematuhi tata tertib berlalu lintas, begitu pula semua perbuatan buruk akan berpengaruh kepada orang-orang di sekitar kita, perbuatan yang positif pun akan memberikan respon yang positif kepada orang lain.

Setiap perbuatan baik seseorang akan memiliki reaksi yang positif. Untuk sampai kepada ketenangan dan kenyamanan maka kita harus mengaktifkan kesadaran kita. Kita harus adil, jujur pada diri sendiri dan bertindak yang positif, tapi bagaimana caranya? Bagaimana caranya kita bisa mendapatkan hati yang ikhlas dan baik? Bagaimana caranya kita bisa sampai pada satu titik dimana orang-orang diantara sesama mereka menjadi sumber ketenangan dan energi positif, disamping bisa merasakan keamanan? Bagaimana caranya untuk sampai ke satu titik bahwa menjadi orang baik adalah hal yang umum dipahami semua orang mulai dari strata sosial yang paling tinggi sampai yang rendah? Resep terbaik adalah dengan menjadi manusia yang agamis.

Harus selalu mengingat Allah dan jangan lupa bahwa keberadaannya dan penciptaannya tidak terlepas dari Allah, hidupnya dan keadaannya sekarang ini berada dalam genggaman Allah. Permasalahan kehidupan sosial umat manusia bermula ketika Qabil menumpahkan darah saudaranya, sejak itu manusia mulai melupakan Tuhan, yang lebih parah lagi bahkan memusuhi Tuhan. Tuhan yang sejak awal adalah sahabat terbaik manusia namun manusia mengubahnya menjadi memusuhi Tuhan! Kita akan menjadi manusia yang baik ketika kita memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan.

Harus jujur terhadap Tuhan. Kita harus ingat bahwa Tuhan bukanlah hamba kita; kitalah yang menjadi hamba-Nya. Jika demikian maka perbuatan kita akan menjadi baik dan kelakuan kita pun akan menjadi benar. Para Imam Syiah ingin memperbaiki dan menunjukkan jalan ini. Mereka adalah manusia-manusia yang ditunjuk berdasarkan argumentasi yang logis dan sebagai hujah Allah. Mereka sejak dahulu hingga sekarang adalah sumber inspirasi supaya manusia tidak melupakan Tuhannya. Mereka bagaikan sebuah rumah yang di dalamnya Tuhan tidak akan pernah dilupakan. Dalam kondisi yang demikian maka manusia akan menjadi agamis. Di dalam rumah (Ahlul Bait as) inilah perbuatan menjadi terarah. 

1. Manusia dengan latihan dan bimbingan tidak akan pernah bisa menjadi nabi, dan tidak pula bisa menjadi imam. Kenabian bukanlah jurusan akademik atau divisi olahraga. Bukan sufism dan bukan pula gnostic. Kenabian adalah suatu kedudukan dan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah dan hanya Allah yang pantas memberikannya. Apakah diberikan di usia tua ataukah di usia bayi seperti halnya Nabi Isa as. Kenabian bukanlah sesuatu yang bisa dikatakan bahwa diberikan nanti mencapai usia 40 tahun atau setelah masa kematangan. Jika mengharuskan untuk matang maka Allah akan memberikannya, jika mengharuskan untuk butuh pada ilmu dan pengalaman maka Allah akan menyiapkannya. Dengan latihan dan bimbingan, seseorang tidak akan pernah bisa menjadi nabi, tidak akan pernah pula bisa menjadi imam. Karena dua hal ini adalah status pemberian Allah Swt. Jadi mereka yang dipilih oleh Allah, bukan orang biasa yang dikarenakan latihan kemudian menjadi imam dan bukan pula orang biasa yang kemudian menjadi nabi.. hal ini tidak terjadi pada posisi imam dan tidak pula pada posisi nabi.

2. Permusuhan dengan Sayidah Khadijah sa karena beliau tidak menimbulkan perpecahan dan membantu Islam Permusuhan dengan Sayidah Khadijah sa bermula ketika beliau tidak menjadi sumber perpecahan, tidak menyulut api permusuhan dan tidak membuka jalan peperangan! Permusuhan dengan Khadijah sa adalah hasud yang bermula ketika beliau mempersembahkan seluruh harta dan jiwanya untuk Islam, ketika di beberapa tahun masa-masa sulitnya di Sya’b (lembah) Abu Thalib yang menyebabkan ia meninggal dunia. Seandainya dia membuat perpecahan dan menyebabkan umat Islam saling perang saudara maka tidak akan ada yang memusuhinya dan orang-orang tidak akan membuat cerita hoax tentangnya serta tidak menjatuhkan status sosialnya. 

3. Karena ibunya, telah mengorbankan nyawanya untuk hujah Allah (Rasulullah saw) Karena ibu Sayidah Fatimah telah mengorbankan nyawanya untuk Rasulullah saw. Ibunya di masa-masa sulit di Sya’b (lembah) Abu Thalib dan putrinya di lorong-lorong kota Madinah. Ibunya berperan ketika Islam belum diperhitungkan dan putrinya berperan ketika Islam berada di puncak. Ibunya dibunuh oleh orang-orang Kafir sementara putrinya dibunuh oleh orang-orang Islam! Ibunya terbakar oleh teriknya matahari sahara Mekah dan putrinya terbakar oleh panasnya api yang membakar rumahnya. Ibunya berkorban demi Islam dan putrinya pun berkorban demi Islam. Ibunya berkorban untuk hujah Allah (Rasulullah saw) dan putrinya berkorban untuk hujah Allah (washi as).

4. Menengok posisi dua wanita mulia Meskipun Khadijah Kubra sa adalah Ummul Mukminin. Mekipun beliau hanyalah seorang wanita yang bisa disematkan sifat-sifat mulia padanya. Meskipun dia sudah mengorbankan harta dan nyawanya untuk Islam dan umat Islam, meskipun dia adalah orang yang paling pertama beriman dan meskipun dia adalah tempat bersandar Rasulullah saw yang mulia.. Tapi Fatimah..Fatimah adalah Fatimah, meskipun Fatimah adalah putri Khadijah sa, namun kedudukan putri lebih mulia dari kedudukan sang ibu. Meskipun serupa dengan ibunya, dia sudah mengorbankan nyawanya untuk hujah Allah (Imam zamannya). Namun hal ini bukannya dikarenakan dia mengikuti sang ibu, karena Fatimah dibimbing langsung oleh Allah..dia sendiri adalah Hujah Allah..dia adalah Fatimah

5. Mereka mengenyampingkan Tuhan dan mereka menganggap dirinya Tuhan Orang-orang mengenyampingkan Tuhan. Mereka mengatakan bahwa periode menyembah Tuhan sudah selesai. Mereka mengatakan bahwa Tuhan sudah mati. Dan mengatakan bahwa hari ini kami adalah Tuhan. Kita sendiri yang akan menjadi Tuhan dan kita sendiri yang akan mengerjakan semuanya. Mereka menulis banyak buku. Mereka mengatakannya kepada para cendekiawan, mereka meniup terompet. Mereka menumpahkan darah. Mereka bersikap rasial. Langit yang cerah mereka cemari dengan debu dan air yang jernih mereka kotori dengan lumpur. Mereka menghimpit lutut mereka ke leher orang lain dan membunuhnya. Sejak manusia menjadi Tuhan maka tidak ada lagi ketenangan di bumi ini.

6. Sedikit yang disimpan?! Semoga hal itu dijauhkan dari kita! Selama hidupmu, berapa kali kamu bertengkar? Berapa kali kamu memutuskan silaturahmi? Berapa kali kamu marah dengan temanmu dan teman-temanmu marah padamu? Selama hidupmu berapa kali kamu berbuat jahat pada orang lain? Berapa kali kamu memaafkan orang lain? Berapa kali kamu membiarkan mereka berbuat jahat padamu? Dan kamu memaafkan mereka? Berapa kali kamu dilukai oleh orang lain dan kamu membalas dendam? Jangan sampai kamu memaafkan orang lain lebih sedikit daripada kamu membalas dendam?! Dari Amirul Mukminin Ali as beliau berkata: “Seburuk-buruknya aib adalah sedikit memaafkan dan dosa yang paling besar adalah sangat terburu-buru untuk membalas dendam.” (Tashnif Ghurarul Hikam, hlm 465, hadis 10692).

7. Semoga aku bisa menjadi seorang Rafidhah Para tukang sihir Fir’aun dulunya adalah Rafidhah. Mereka menyaksikan tongkat Nabi Musa as yang berubah menjadi ular Naga kemudian mereka beriman kepada Nabi Musa as dan berpaling dari Fir’aun. Mereka akhirnya mendapat siksaan yang berat. Mereka adalah Rafidhah karena mereka rafadha (berpaling) dari agama Fir’aun. Berpaling dari apa-apa yang Allah Swt larang dan taat kepada apa yang Allah Swt perintahkan. Ya! Semoga aku bisa menjadi orang Rafidhah (berpaling kepada ketaatan dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah) dan semoga kita semua bisa menjadi orang yang Rafidhah.

8. Apakah engkau pelayan Ahlul Bait as? Apakah benar kamu mengaku sebagai pelayan Ahlul Bait as? Betapa pengakuan yang mengada-ada! Apakah engkau merasa sudah melayani keluarga Rasulullah saw? Betapa perasaan yang dusta! Sebenarnya apakah kamu mengira dengan hasud dan menyombongkan diri kamu sudah melayani mereka? Tidak demikian saudara, dengan berpura-pura manis tidak akan memaniskan mulut! Perjalanan ini tidak akan sampai ke tujuan kecuali bersama dengan kejujuran dan niat yang ikhlas. Dibalik cermin, dia kembali melihat wajahnya dan kali ini dengan suara keras berkata: “Menjadi pelayan di keluarga ini adalah taufik yang seharusnya dicita-citakan, bukannya mereka yang berutang yang harus kamu tagih. Menjadi pelayan di keluarga ini (Ahlul Bait as) adalah jalan hidup yang harus kamu lalui bukannya malah kamu duduk di atas singgasanamu kemudian menonton mereka lewat!”

9. Di mata mereka Ali as adalah duri Mereka memberikan tangannya untuk membaiat Ali as namun hati mereka berkata lain. Secara terang-terangan mereka tertawa dan mengucapkan selamat bahwa beliau adalah wali dan pemimpin seluruh umat Islam. Namun senyum mereka pahit. Ada aroma riya di dalamnya. Di mata mereka Ali as adalah duri. Mulut mereka mengucapkan selamat tapi di mata mereka penuh dengan api kebencian. Kemah-kemah di Ghadir masih terpasang dan mereka malah mau membakarnya. Mereka berpikir bagaimana caranya merusak rencana dan mengubah arah sejarah. Mereka masing-masing berpikir bagaimana caranya menyingkirkan Ali as. Hanya ada satu cara yang tersisa. Yakni mereka harus membunuh Fatimah sa. Beberapa bulan setelahnya Fatimah sa pun akhirnya terbunuh. Setelah wafatnya Fatimah sa Ali as masih menjadi duri di mata mereka tapi kali ini tidak terlihat lagi dengan senyumannya.

10. Siapa yang berpikir laut Merah itu akan terbelah? Pada hari yang menegangkan ketika Nabi Musa as berada dalam pengejaran dan Fir’aun beserta pasukannya yang mengikutinya dari belakang, siapa yang akan berpikir bahwa laut Merah itu akan terbelah dan Nabi Musa as beserta pengikutnya bisa lewat di tengahnya dan pasukan Fir’aun akan tenggelam?! Siapa yang akan berpikir bahwa berdasarkan hukum alam sepotong tongkat yang patah bisa berubeh hanya dengan satu firman Allah. Hari-hari ini, adalah hari-hari yang sulit bagi kita. Hari-hari yang penuh dengan khawatir, cemas dan stress. Hari-hari yang teriknya matahari seolah membakar hati. Namun kita harus percaya kepada Tuhannya Nabi Musa as, mengingat Tuhannya Nabi Isa as dan dengan rendah hati menyeru kepada Tuhannya Nabi Muhammad saw. Perlu diketahui bahwa tidak ada sulitnya bagi Allah jika kunci ini harus dilepas supaya menyelamatkan jiwa kita dan kita bisa melewati masa-masa sulit ini. Butuh untuk bertawakkal kepada Tuhannya Nabi Musa dan beriman kepada Nabi Musa di zaman sekarang yakni Imam Mahdi afs.. meskipun di zaman kegaibannya (okultasi) .. bahkan di zaman ketika belum ada izin kemunculannya.

1.  Kedudukan sebagai khalifatullah (Khalifah Allah) Khalifah Allah? Apakah aku dan kamu adalah khalifah Allah di bumi? Apakah kamu bergurau? Apakah mampu? Kemampuan yang bagaimana yang dibutuhkan? Apakah bumi harus kacau dahulu supaya kita bisa bertemu dengan khalifatullah? Apakah kamu mau mengatakan bahwa Yazid itu khalifatullah? Apakah Saddam memiliki kedudukan sebagai khalifatullah? Ketika Allah Swt menciptakan Nabi Adam as kata Khalifah kemudian muncul, para malaikat kemudian protes. Mereka berkata inilah makhluk yang akan menumpahkan darah dan membuat kerusakan. Di sini jelas bahwa yang dimaksud oleh Tuhan sebagai Khalifatullah bukanlah semua umat manusia. Bukan aku dan bukan kamu dan bukan kita bahkan bukan orang-orang yang baik yang ada di sekitar kita. Pernah ada seorang manusia yang pekerja keras. Seorang seperti Rasulullah saw, seorang lagi seperti Ali bin Abi Thalib as, seorang lagi seperti Nabi Sulaiman as dan seorang lagi seperti Nabi Isa as.

2. Ilmu mengenai yang gaib ini darimana dipelajari? Ketika berbicara mengenai ilmu gaib, orang akan langsung mengatakan paganism! Sangat ketinggalan jaman dan kamu sudah terjatuh ke perbuatan Syirik. Ilmu gaib hanya Allah yang mengetahui. Tapi mereka belum memahami bahwa mengapa Nabi Yaqub as masih berharap akan kembalinya Nabi Yusuf as. Dia berkata, pergilah dan cari Yusuf sampai ketemu. Dia melihat pakaian yang berdarah tetapi dia yakin bahwa Nabi Yusuf as masih hidup. Bukan dugaan bahkan dia tahu dengan pasti. Sebenarnya dari mana dia mengetahui hal itu? Darimana dia mengetahui ilmu gaib tersebut?

3. Kehidupan para pengikut Fir’aun di alam Barzakh Para pengikut Fir’aun merasakan siksaan api bukan hanya di alam Akhirat akan tetapi juga akan merasakannya di alam Barzakh. Mereka akan dilemparkan ke dalam api dan setiap hari siang dan malam akan merasakan azab. Dan ini merupakan dalil bagi yang mengakui bahwa kehidupan di alam Barzakh adalah sesuatu yang tidak bisa diingkari. Dalam al-Quran dikatakan: “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan pada hari kiamat terjadi (dikatakan kepada malaikat), “Masukkanlah Fira‘un dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS. Ghafir [40]: 46)

4. Kami berharap kebaikan dari-Mu Orang-orang berharap kebaikan darinya dan aman dari kejahatannya (Khutbah Muttaqin, Nahjul Balaghah) Betapa mudahnya, betapa sederhana dan betapa gamblang penjelasan Imam Ali as mengenai tanda-tanda orang yang baik. Begitu engkau melihat seseorang yang tidak membawa keburukan bagi orang lain, tidak menyusahkan orang lain maka bisa dipastikan bahwa kita sedang berhadapan dengan salah seorang yang bertakwa.

5. Siapakah yang membalas keburukan dengan kebaikan?! Bisa dipastikan bahwa kebanyakan orang berusaha membalas kebaikan dengan kebaikan. Namun masih ada tingkatan kemanusiaan yang lebih tinggi lagi. Yakni ketika seseorang tidak lagi menghiraukan keburukan perbuatan orang lain, bahkan membalasnya dengan kebaikan. Orang yang memaafkan orang yang berbuat jahat padanya dan memberi bagi orang yang tidak memberinya. (Nahjul Balaghah, Khutbah Muttaqin)

6. Pekerjaan bisa selesai dengan dikerjakan bukan dengan bicara dan ceramah Apapun yang kamu inginkan bisa kamu ucapkan, tapi usahamu apa? Kebanyakan orang-orang berbicara ngalor-ngidul tentang apa saja, tapi sangat sedikit yang bekerja. Akan tetapi tidak bagi orang-orang yang bertakwa. Ucapannya bercampur dengan perbuatan. Bercampur .. ucapannya dengan perbuatannya. (Nahjul Balaghah, Khutbah Muttaqin)

7. Ilmu dan sabar Apakah selama ini kamu sudah memikirkan akibat dari perbuatanmu? Atau kamu lebih mengetahui arah untuk sampai ke tujuan lebih dari orang lain? Jika demikian, maka sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai kesalahan orang lain akan sangat menyulitkan. Khususnya jika rekan kerja kita adalah orang-orang yang kurang memiliki kapabilitas. Akan tetap bagi orang-orang yang bertakwa, ilmu pengetahuan bersama dengan kesabaran, yakni meskipun dia tahu namun dia bersabar. Dia menutup mata atas … (Nahjul Balaghah, Khutbah Muttaqin)

8. Nabi Khidir as dan ilmu gaib Nabi Khidir as mengetahui banyak hal. Dia mengetahui apa yang akan terjadi dengan perahu itu kemudian dia melubanginya. Peristiwa seorang anak muda yang jahat dan dinding rumah dan seterusnya. Darimana Nabi Khidir as tahu semua pengetahuan ini? Apakah tidak lain kecuali pengetahuan tersebut diperoleh dari Allah? Bukankah pengetahuan ini yang secara umum disebut sebagai ilmu gaib? Ilmu gaib adalah sesuatu yang karena meyakininya kita (orang-orang Syi’ah) disebut sebagai orang yang ghuluw (melebih-lebihkan). Ilmu gaib adalah sesuatu yang Allah Swt anugerahkan kepada sebagian hamba-hamba-Nya dan ini pada dasarnya mempercayainya bukanlah sesuatu yang rumit.

9. Kami tidak melihat mukjizat Allah Ketika kita mendengar tentang kisah-kisah Bani Israil maka kita akan mengecam mereka. Misalnya, bukankah Nabi Musa as dengan mukjizatnya yang nampak jelas di depan mata telah menyelamatkan mereka dari cengkeraman Fir’aun? Lalu mengapa mereka kembali berpaling dan menyembah patung sapi? Kita pun kadang seperti demikian keadaannya. Ketika dalam keadaan ditimpa musibah dan kesulitan kita memanggil-manggil Allah, namun ketika kesulitan itu sudah lewat kita lantas melupakan semuanya. Tidak buruk jika sebelum kita mengecam kaum Bani Israil kita sedikit menengok diri kita sendiri. Kita sudah melihat banyak mukjizat Allah di dalam kehidupan kita tapi kita lalai atas semuanya.

10. Perang dan perpecahan diantara para bintang! Dari saudara-saudara Ahlus Sunnah kita sering mendengar bahwa para sahabat bagaikan bintang-gemintang yang memberikan petunjuk dan tidak boleh ada yang mempertanyakan kekurangan mereka. Dan jika ada sedikit saja ucapan yang tidak sopan kepada mereka maka akan menjadi sasaran hujatan dan caci maki. Tapi kita tidak tahu bahwa kebanyakan perpecahan, benturan dan perbedaan bahkan peperangan terjadi diantara para sahabat sendiri, lalu apa yang harus kita contohi dari para bintang pemberi petunjuk ini? Bagaimana caranya kita bisa mencari solusi atas kontradiksi ini? Bagaimana?!

This book surveys the growth and development of Islam in Malaysia from the eleventh to the twenty-first century, investigating how Islam has shaped the social lives, languages, cultures and politics of both Muslims Read More

artikel berkaitan

Alasan memperingati Ghadir

Alasan memperingati Ghadir Kenapa pengikut Mazhab Syi’ah memperingari hari Ghadir? Apakah peristiwa ini hanya sekedar seremonial fisik semata? Apakah dikarenakan Ghadir adalah peristiwa sejarah lalu...

Allah dan Rasul-Nya mengetahui manusia tidak mengerti perkara ketuhanan

Allah dan Rasul-Nya mengetahui manusia tidak mengerti perkara ketuhanan Salah satu alasan otentik yang bisa dijadikan dalil pemilihan washi (baca: imam) pasca wafatnya Rasulullah saw bahwa pemilihan...

Muatan isi dan komprehensif dari Nahjul Balaghah

Muatan isi dan komprehensif dari Nahjul Balaghah Salah satu hal yang menarik dalam kitab Nahjul Balaghah bahwa ini adalah kitab yang komprehensif, memiliki beragam keanehan, tema-tema yang akurat dan...

Sopan santun kepada Rasulullah saw

Sopan santun kepada Rasulullah saw Tidak diragukan lagi bahwa akhlak dan karakter Rasulullah saw sangat memberikan peran penting dalam mengajak orang-orang untuk memeluk agama Islam. Sebagaimana salah...
Masjid bersejarah Malaysia: Kota Kinabalu
Masjid bersejarah Malaysia: Melaka Straits
Masjid bersejarah Malaysia: Ubudiah
Masjid bersejarah Malaysia: Putra Putrajaya
bilangan pengguna
0
Bilangan lawatan tapak
bilangan artikel
0
Jumlah sumber Sunni dan Syiah yang digunakan dalam penulisan artikel
Bilangan Pengarang
0
Pengarang yang bekerjasama dalam menulis artikel
4.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Translate »
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x